[FF TAEJI] THE ENEMY IS MY LOVE?!

13 Feb

SESUAI JANJI AKU TEMPO LALU :’) AKHIRNYA AKU SEMPET NGETIK FF INI. SEBENERNYA FF INI UDA JADI DARI 2-3 MINGGU LALU DEH TAPI BARU SEMPET AKU POST SEKARANG ;’) EHEHEHE. BUAT TEMEN2 YANG NUNGGU, MAAF YA KELAMAAN-_- DAN KINI AKU MEMBAYAR SEMUANYA 😀 ~ EHYA, WGM NANTI DULU YA, BELOM ADA IDE LAGI UNTUK DIKETIK TAPI DI OTAK UDA NGEBUL SEMUANYA HAHAHAHA, OK CEKIDOT YA~

Title: The Enemy is My Love?!
Author: Icha Fasya Hapsari a.k.a Chaic/ichayam
Cast: Lee Taemin, Park Jiyeon
Genre: Sad, Romance
Rating: PG-15
Length: Oneshoot

*thanks for my twins, @rifaniPS yang udah kasih judul fanfic ini 🙂
nb: setiap kalimat yg bertanda titik satu (‘) mengartikan bahwa cast berbicara didalam hati

“Aku sudah mengetahuinya Lee Taemin, kau akan melakukannya padaku kan? Kau, selama ini kau hanya memanfaatkanku kan? Dan kau, kau juga yang telah membunuh ayahku, iya kan? Eo, dan sebenarnya selama ini kau tak pernah mencintaiku. Iya?” ucap Jiyeon sambil menahan tangisnya.

Taemin terdiam. Terlihat senyum meremehkan dari bibir tebalnya.

“benar! Kau sangat benar Park Jiyeon. Hari ini, seperti yang kau katakan tadi, aku akan melakukan hal yang sama padamu seperti apa yang aku lakukan pada ayahmu,”

Jiyeon hanya terdiam, menahan tangisnya.

“hari ini, saat ini juga, kau yang akan pergi, yeojaku yang paling cantik dan kucintai. Eo? Semua itu bohong! Aku tak pernah mencintaimu,” ucap Taemin, sedikit bergetar.

Jiyeon kembali terdiam. Menunduk tak berani melihat namja didepannya. Tetapi, Jiyeon memberanikan diri, ia melihat kearah Taemin dengan jarak yang sedikit jauh.

“baik. Kalau memang seperti itu, katakan yang sejujurnya kalau kau tak pernah mencintaiku, Lee Taemin,”

“aku tak pernah mencintaimu Park Jiyeon. apa kau sudah cukup puas dengan perkataanku tadi?”

Jiyeon kembali menatap Taemin dari kejauhan. Mendekatinya perlahan. Menatap dalam matanya.

“katakan itu sekali lagi. katakan dan tatap mataku,”

“eo? Maumu apa? Eo? Kau tak cukup puas dengan perkataanku tadi, eo? Aku benar-benar tak mencin..”

“katakan dan tatap mataku!”

Taemin terdiam. Tak berani menatap Jiyeon dan melihat kearah lain.

“katakan dan tatap mataku Lee Taemin,”

Dengan secuit senyum paksaan, Taemin menatap mata jiyeon. Dalam. Melihat kearah lain karna tak berani menatap mata yeoja didepannya itu. Dan Taeminpun kembali memberanikan diri untuk menatap mata Jiyeon.

“a-aku tak pernah mencintaimu, Park Jiyeon. Selama aku mengenalmu aku benar-benar tak pernah mencintaimu, kau puas?”

Ucapnya dan menjauhi wajah Jiyeon. Jiyeon, terdiam. Tersenyum mendengar perkataannya.

“baiklah, aku sudah mengetahui jawabannya. Lakukanlah tugasmu sekarang. Bunuhlah aku sampai aku benar-benar mati didepanmu, Lee Taemin-ssi,”

Taemin tersenyum, miris, mendengar perkataannya. Dengan sigap, Taemin bersiap dengan pistol yang sedari tadi sudah ia pegang.

“k-kau siap Park Jiyeon?” ucapnya, bergetar.

Jiyeon hanya menganggukan kepalanya.

‘lakukanlah Taemin kalau itu memang yang terbaik’

Taemin bersiap dengan pistol di tangannya. Dengan tangan yang bergetar hebat, Taemin bersiap menembakan peluru itu.

“kau siap park Jiyeon? Eo? Katakan permintaan terakhirmu sebelum peluru ini menembus tubuhmu, Park Jiyeon”

“aku tak punya permintaan, lakukanlah. Anak buah ayahmu sudah menunggu saat-saat kematianku, lakukanlah dengan cepat,” ucapnya, tegar.

Taemin membalikkan badannya. Disana, 2 anak buah ayahnya telah menantikan saat-saat ini.

‘tak mungkin!’

“Tuan, lakukanlah dengan cepat, maka dengan ini akan berakhir sudah dendam tuan besar,”

Taemin kembali menghadap kepada Jiyeon. Ditekankannya lagi pistol ditangannya.

Tersenyum miris.

‘maafkan aku..’

DORR!! DORR!!

Peluru itu tepat mengenai dada Jiyeon. Jiyeon terjatuh dan darah segar terus keluar dari tubuhnya.

“kau..kau melakukannya, Taemin.”

Taemin menjatuhkan pistolnya. Tertunduk. Tak percaya dengan apa yang barusan ia lakukan.

“aku melakukannya, yeah!” teriaknya.

“kerja bagus tuan. Kami akan segera memberi tau tuan besar, permisi tuan,” ucap salah satu anak buah ayah Taemin dan pergi meninggalkannya.

Taemin menunduk dan menangis?

Menangis?

‘maafkan aku..Jiyeonnie’

Taemin bangkit dan berlari menghampiri Jiyeon.

“Jiyeon-ah! Jiyeon-ah!”

Jiyeon semakin melemah. Tubuhnya terus mengeluarkan darah.

“jiyeon-ah! Bangun!! Buka matamu!! Ini aku, jiyeon-ah!”

Dengan derasnya air mata Taemin, ia bersikeras membangunkan kekasihnya itu.

“Jiyeon-ah!!” teriaknya dan dipeluknya yeoja itu.

“taemin-ssi,”

Taemin menatapnya. Tatapan itu. Tatapan sendu. Jiyeon tersenyum tulus walau ia merasa sangat sakit karna tembakan itu.

“jangan panggil aku dengan sebutan itu Jiyeon-ah!”

“kau..melakukannya,”

“tidak Jiyeon-ah! Tidak!! Maafkan aku. Apa yang tadi kukatakan itu semua tidak benar. Aku mencintaimu, sungguh”

Jiyeon tersenyum. Menatap taemin dan mengusap air mata Taemin.

“aku percaya. Mulutmu memang mengatakan seperti itu tapi matamu beda. Aku..aku juga mencintaimu, taemin-ah. Tapi..ini semua sudah berakhir. Sampaikan pada ayahmu, maafkan aku dan ayahku,”

“tidak Jiyeon-ah! Tidak!! Aku tak butuh kau mengatakan itu untuk ayahku! Tidak Jiyeon-ah! Tidak!” teriak Taemin.

Taemin menggotong Jiyeon dan segera membawanya pergi.

“aku akan menyelamatkanmu, jiyeonnie.”

Taemin membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tak memikirkan hal lain kecuali membawa kekasihnya ke ruamh sakit.

“bertahanlah, jiyeonnie,”

Sesampainya di rumah sakit, Taemin dengan cepat menggotong Jiyeon ke ruang UGD.

“tolong cepat selamatkan dia dok!”

‘seharusnya appa tak pernah memintaku melakukan ini, aish’

Flashback

“baik appa, akan kulaksanakan perintah appa!”

Taemin pergi ke Busan untuk mencari keluarga Park, musuh ayah Taemin.

Taemin menyusuri sebuah universitas untuk mencari seorang yeoja bernama Park Jiyeon.

“aku harus menemukan anaknya, mendekatinya, meluluhkan hatinya, membunuh ayahnya dan membunuhnya. Cukup mudah,” ucapnya.

Taemin duduk di bangku taman kampus menunggu seseorang. Sambil memandangi foto yang diberikan ayahnya, ia tersenyum penuh licik.

Dari kejauhan terlihat sosok yeoja berambut hitam panjang terurai cantik, menggunakan jaket kulit dan celana jeans yang sangat pas untuk kakinya yang jenjang ditambah heels yang tidak terlalu tinggi, memperlihatkan kecantikan dari seorangnya.

Taemin kembali melihat foto yang sedari tadi ia pegang.

“itu orangnya,” ucapnya sambil pergi menghampirinya.

Taemin berjalan menghampiri Park Jiyeon. Tersenyum penuh kelembutan.

“siapa?” Tanya Jiyeon.

“Lee Taemin. Kau, Park Jiyeon, benar?” Jiyeon hanya mengangguk.

“dari mana kau tau namaku?”

“nanti akan aku jelaskan. Aku kesini memang ingin bertemu denganmu. Bisa kita berbicara di café sambil minum? Udara cukup dingin.” Ajak Taemin.

Mereka duduk disebuah café dekat kampus Jiyeon, sambil menikmati cappuccino hangat ditambah cheese cake lezat.

“kau siapa Lee Taemin-ssi? Darimana kau mengetahui namaku?”

“aku mengetahui namamu dari ayahku, Lee Hyukjae. Ayahmu Park Jungsoo kan? Ayahmu dan ayahku teman semasa kuliah dulu, ayahku ingin aku bertemu denganmu karna sebelumnya ayahmu dan ayahku ingin kita kenal satu sama lain,” ucap Taemin –bohong-

“lalu? Kalau memang sudah berkenalan seperti ini?”

“ayahku ingin kita dekat seperti mereka,”

“o-oh, begitu,”

“bisa kau panggil aku dengan Taemin? Tanpa perlu memanggil nama lengkapku?”

“hmm baiklah, Taemin”

**

“ibuku sudah meninggal 5 tahun lalu karna kecelakaan. Tragis memang. Menyedihkan”

“o-oh maafkan aku Taemin, aku tak bermaksud membuatmu sedih, maaf,”

“tak apa, hanya berbagi cerita tidak apa kan?”

Mereka kembali terdiam. Sampai akhirnya mereka memasuki sebuah perumahan yang bisa dibilang cukup elit.

“berhenti disini!” pinta Jiyeon.

Taemin melihat kearah rumah yang ditunjuk Jiyeon.

‘disini rupanya’

“eo, disini?” Jiyeon mengangguk.

Taemin keluar dan membukakan pintu mobil untuk mempersilahkan Jiyeon keluar.

“terima kasih Taemin-ah, terima kasih sudah mengajakku minum dan sudah mengantarku pulang,”

Taemin tersenyum,

“tidak masalah. Kapan kita bisa bertemu lagi?”

“kapanpun!”

“boleh aku meminta nomer ponselmu?”

Jiyeon mengeluarkan note kecil dan menulis sesuatu dan memberikannya kepada Taemin.

“itu nomer ponselku. Kalau ingin bertemu atau ada perlu kau bisa hubungi aku kapan saja,”

Taemin tersenyum.

“terima kasih. Baiklah, aku pulang. sampai bertemu lagi, Jiyeon-ah” Jiyeon mengangguk dan melambaikan tangannya.

“hati-hati dijalan,”

Taemin menjalankan mobilnya dan pergi dari sana.

“game is start dad,” ucapnya.

**

“kau menemukannya?”

“benar appa. Aku menemukannya dan aku juga sudah tau dimana mereka tinggal!”

“bagus! Lanjutkan Taemin-ah. Appa mau dalam 2 bulan ini kau sudah berhasil memusnahkan keduanya,”

“baik appa, akan aku laksanakan secepatnya!”

**

“kau jauh dari Seoul datang kesini hanya untuk menemui kami?” Tanya Jiyeon.

Taemin mengangguk.

“laut disini sangat indah. Kau tak akan pernah menyesal datang kesini, Taemin-ah” jelas Jiyeon.

‘aku sudah mengetahui itu Park Jiyeon’

“Jiyeon-ah, bisa kita cari tempat duduk?” Jiyeon mengangguk dan berlari menuju sebuah saung.

‘yeoja itu terlalu polos. Ini memudahkanku untuk mendekatinya. Sungguh malang dirimu Park Jiyeon jika kau akan mengetahui aku akan membunuhmu dan ayahmu haha’

Taemin mengikuti Jiyeon dan duduk disampingnya. Sambil menuggu sunset, mereka terdiam masing-masing.

Taemin memperhatikan Jiyeon sekilas.

‘cantik’

Taemin menggelengkan kepalanya.

‘bodoh! Dia musuhmu!’

Taemin terus memperhatikan Jiyeon yang kini sedang sibuk dengan ponselnya.

‘apa appasalah orang memintaku untuk membunuh yeoja secantik dia’

“Taemin-ah!”

Taemin terkejut dengan panggilannyaa.

“iya, kenapa?”

“kau sebelumnya pernah datang kesini?”

“belum, ini yang pertama.”

“oh. Ah, sebentar lagi sunset. Kajja,” ucap Jiyeon dan berlari ke pinggir laut dan duduk disana.

Taemin mengikutinya dan duduk disampngnya. Mereka berdua menikmati sunset bersama. Senyuman dari bibir Taemin terus mengembang.

“sangat indah” Jiyeon tersenyum dengan ucapan Taemin.

**

“selamat jalan, Park Jungsoo-ssi”

Taemin berhasil menembakkan peluru tepat di kepala Park Jungsoo, tak lain adalah ayah Jiyeon.

“ini perintah ayahku Park Jungsoo-ssi! Kalau saja dulu kau tak membawa mobil dengan kecepatan yang luar biasa dan membuat kecelakaan tragis dan menewaskan ibuku, mungkin kau tak akan mati dengan cara seperti ini!”

Taemin pergi meninggalkannya yang sudah penuh dnegan darah yang terus keluar dari kepala dan hidungnya.

“hallo, appa. Aku sudah melakukannya. Ia sudah mati. Orang yang kau benci. Tinggal yeoja itu yang akan aku habisi. Baik appa!”

‘Jiyeon-ssi, ayahmu sudah pergi. Kini tinggal giliranmu’

**

Taemin datang ke acara pemakaman ayah Jiyeon. Jiyeon tak henti-hentinya menangisi kepergian ayahnya yang sangat tidak wajar.

“appa!! Jangan pergi meninggalkanku!”

“Jiyeon-ah, sudahlah. Ikhlaskan kepergian ayahmu. Mungkin ini sudah jalannya,” ucap salah satu temannya.

Taemin menghampiri Jiyeon dan mengajaknya pulang.

“Jiyeon-ah, sudahlah, jangan terus kau tangisi ayahmu. Kajja, kita pulang!”

Jiyeon menoleh kearah Taemin dengan air mata yang membasahi pipinya.

“aku..aku masih tak terima dengan kepergian ayahku, Taemin-ah. Kenapa? Kenapa ia mati dengan cara seperti itu?” ucapnya dan tangisannyapun semakin keras.

‘ayahmu mati karnaku, bodoh’

“sudah, nanti bicarakan di rumah saja ya”

Dalam perjalan pulang, Jiyeon hanya terdiam. Taemin memperhatikan Jiyeon sebentar.

‘ini yang aku rasakan saat kepergian ibuku yang mati karna ayahmu, dan kini giliranmu yang merasakannya’

Sesampainya di rumah Jiyeon. Mereka berjalan memasuki rumah Jiyeon. Tak disangka, Jiyeon pingsan karna masih tak percaya apa yang terjadi.

“Jiyeon-ssi! Jiyeon-ssi!”

Taemin menggotong Jiyeon dan menidurkannya di sofa. Ia memperhatikan Jiyeon yang terbaring, dengan hidung yang memerah dan mata yang sembab.

‘hanya karna hal seperti ini saja kau pingsan, dasar bodoh!’

Taemin mengambil kotak P3K didalam mobilnya dan mengambil minyak kayu putih untuk dibalurkan ke Jiyeon agar ia cepat siuman.

‘cepat sadar, bodoh!’

Taemin membalurkan minyak kayu putih itu. Perlahan Jiyeon membuka matanya.

“appa…”

“sudah, kalau kau seperti it uterus yang ada appamu tidak akan tenang disana”

“aku…baiklah Taemin. Hmm, maaf, kau bisa meninggalkanku sendiri? Aku ingin sendiri.”

“baiklah. Aku pulang, kau sudah jangan memikirkannya lagi, nanti kau bisa sakit. Jangan menangis lagi ya,” ucap Taemin sambil membelai rambut Jiyeon.

**

Seminggu berlalu.

Taemin datang untuk menjemput Jiyeon. Taemin mengajak Jiyeon pergi jalan hari ini. Ia mengetuk pintu rumah Jiyeon. tak ada yang menjawab. Taemin mencoba membuak pintunya.

‘tidak dikunci?’

Taemin masuk dan mencari sosok Jiyeon. sepi. Seperti tak ada penghuninya.

Taemin berjalan mendekati kamar Jiyeon.

“umma..appa..kenapa kalian pergi meninggalkanku? Aku sendiri disini saat ini..aku..aku kesepian”

Taemin mendengar Jiyeon berbicara sendiri.

‘sendiri? Bukannya ia masih memiliki ibu? Itukan yang appa katakan’

“aku benar-benar kesepian umma, appa. Aku merindukan kalian”

Taemin pergi keluar rumah Jiyeon dengan perasaan yang tak dapat dimengerti.

“hallo, appa. Kau bilang Park Jungsoo itu masih memiliki istri, tapi tadi yang kudengar dari anaknya istrinya sudah meninggal lebih dulu. Ye appa? Jadi..ah baik appa!”

Taemin mendengus kesal.

“sial!”

Taemin kembali menghubungi seseorang.

“Jiyeon-ah, keluarlah. Aku sudah didepan rumahmu”

Tak lama setelah itu, Jiyeon keluar dengan mata yang masih sembab.

‘masih saja menangis’

“sudah jangan menangis lagi” ucap Taemin sambil mengusap air mata Jiyeon.

“kajja, kita pergi kemanapun yang dapat membuatmu senang”

**

‘sial! Kenapa terus terbayang yeoja itu’

Rutuk Taemin.

‘bahkan, saat menatap matanya, ada sesuatu hal yang ingin kulakukan. Memeluknya, erat’

“aish bodoh! Lee Taemin jangan berpikir seperti itu!” ucap Taemin pada dirinya sendiri.

‘bahkan hati kecilku berkata bahwa aku ingin menjadi miliknya, seutuhnya’

“ya! Tidak bisa Lee Taemin! Dia itu musuhmu! Musuh ayahmu!” rutuknya kembali.

‘sebenci-bencinya dengan musuhmu, jika tuhan berkehendak menjadikannya milikmu, maka ia akan menjadi milikmu’

“AAAAAAAA” teriak Taemin.

**

Malam natal…

“Jiyeon-ah. Aku..aku mencintaimu”

Jiyeon tak percaya apa yang Taemin katakan.

“s-sungguh, aku mencintaimu, Jiyeon-ah”

Ditengah turunnya salju, ini kali pertama Jiyeon mengembangkan senyum cantiknya setelah kepergian ayahnya sebulan lalu.

**

Hari berganti hari. Minggu berganti minggu. Bulan berganti bulan sampai akhirnya ini sudah mendekati tahun pertama mereka menjalankan hubungan ini.

Sesuatu hal terjadi dan sungguh membuat Jiyeon tidak dapat percaya ini.

“jadi selama ini..” ucapnya masih tak percaya.

“appa sudah mengetahuinya Taemin-ah! Kau masih berhubungan dengannya dan sampai saat ini juga kau masih belum membunuhnya! Cepat bunuh dia dengan cara yang sama seperti yang kau lakukan terhadap ayahnya atau kau tidak akan pernah aku anggap sebagai anakku!”

“baik appa! Malam natal ini aku akan melakukannya, sesuai keinginanmu appa.”

“lagipula appa sudah menjodohkanmu dengan anak dari teman appa!”

“baik appa, aku mengerti. Selama inipun aku tak pernah mencintainya, aku hanya memanfaatkannya”

Tes.

Air mata Jiyeon turun begitu mendengar pembicaraan yang dilakukan Taemin dan ayahnya itu.

‘Taemin tak pernah mencintaiku? Sungguhkah itu?’

Jiyeon pulang dengan pikiran yang sangat kacau.

‘malam natal? Taemin bilang malam natal ia akan melakukan hal yang sama dengan yang ia lakukan terhadap ayahku? Malam natal? Itu setahun kami berpacaran dan ia akan melakukan itu? Apa aku akan siap?’

Flashback end

**

Taemin masih menunggu diluar kamar UGD.

‘tuhan, aku mohon selamatkan nyawa Jiyeon’

Taemin tak henti-hentinya berdoa untuk Jiyeon dan terus menangis, menyesal telah melakukan itu terhadap kekasihnya.

Cekrek~

Dokter keluar dengan ekspresi penuh penyesalan.

“dokter, bagaimana kondisinya?”

“kami sudah melakukan yang terbaik, Lee Taemin-ssi. Ia kehilangan banyak darah. Maafkan kami,”

‘maksud dokter itu apa’

“maksudmu apa dok? Kalian bisa kan menyelamatkannya? Kalian dokter ternama kan? Kalian pasti bisa menyelamatkannya! Tolong jawab aku dokter!”

“maafkan kami tuan, kami sudah berusaha semampu kami. Maafkan kami”

‘ini tak mungkin’

“dok! Kalian harus menyelamatkannya!”

Taemin berteriak pada dokter yang sudah pergi jauh meninggalkannya itu.

‘tidak! Dokter itu bodoh! Seharusnya ia dapat menyelamatkannya!’

Taemin masuk ke kamar UGD. Mengampiri kekasihnya yang sudah terbaring dan tertidur pulas dihadapannya.

Taemin terus menatap Jiyeon dan kembali menangisinya.

“Jiyeonnie, bangunlah. Aku disini, aku disampingmu. Bangunlah”

Diam.

Hanya terdengar bunyi detak jam dinding yang ada di ruangan ini.

Taemin menggenggam tangan Jiyeon yang sudah dingin dan terus menciuminya.

“ini tak seperti yang kuinginkan, Jiyeonnie. Maafkan aku”

**

Taemin pulang ke rumah dengan perasaan yang sangat kacau. Saat sampai di rumahnya, banyak mobil yang terparkir di teras rumahnya.

“aku pulang” ucapnya, lesu.

“Taemin-ah! Lee Taemin, anak appa paling hebat! Kau sudah melaksanakan perintahku”

Taemin hanya tersenyum, miris.

“ya appa, aku melaksanakan perintahmu, sungguh aku berhasil appa”

‘miris’

“darah di bajumu? Cepat kau buang bajumu itu. Darah kotor itu tak pantas ada dihadapanmu”

‘darah? Darah ini? Bahkan aku berniat tidak akan membuang baju ini. Darah ini darah yang akan selalu dikenang’

Taemin melepaskan bajunya.

‘tidak akan pernah kubuang dan kucuci baju ini’

Taemin pergi mandi. Selesainya, ia berganti baju, rapid an wangi. Bercermin sebentar.

“aku tak pantas hidup” ucapnya pada diri sendiri,

‘bagaimana tidak? Seseorang yang paling dicintai mati ditanganmu sendiri, bodoh’

Taemin menatap bingkai besar berisi foto-fotonya dengan Jiyeon.

“dan akupun tidak akan pernah melihat senyum malaikat sepertimu lagi”

‘dan semua itu, kaulah penyebab senyum itu hilang selamanya, Lee Taemin’

Flashback

“kau siap?”

“hana, dul, set”

Cekrek~

Mereka melihat hasil fotonya.

“kau sangat cantik Jiyeonnie,” ucap Taemin, mencium pipi Jiyeon kilat.

“ya, jangan genit Lee Taemin” Taemin hanya terkekeh mendengar ucapan kekasihnya itu.

“sekalin lagi? Pose teraneh? Tawar Taemin. Jiyeon mengangguk mantap.

“siap, hana, dul, set”

Cekrek~

Mereka melihat hasilnya.

“hahahahahaha, Jiyeonnie kau sangat aneh, hahahaha”

“ya, kau juga aneh Taeminnie”

“tapi aku tetap tampan, dan kau? Cantikmu terganti oleh aneh”

“tidak, aku tetap cantik dank au? Tak pernah tampan haha”

“ya, kau mau kucubit pipimu seperti ini, eo?” ancam Taemin dan JIyeon menyerah.

“ya, kau tampan dan aku cantik. Impas?” taemin tersenyum dan mencium bibir Jiyeon kilat.

“impas, sayang”

‘melihatnya tertawa, tersenyum bahagia seperti ini, apa appa masih menginginkan aku membunuhnya? Sungguh aku tak ingin
kehilangan yeoja ini’

Flashback end

Pemakaman berlangsung hikmat. Semua yang datang satu persatu meninggalkan makam, tak terkecuali Taemin. Ia masih disamping nisan Jiyeon.

“maafkan aku Jiyeonnie”

‘mungkin, sampai kapanpun kau tak akan memaafkanku Jiyeonnie’

Hujan turun dengan derasnya.

“kau pasti kedinginan disini, Jiyeonnie. Aku akan menemanimu disini, agar kau tetap hangat karna aku disampingmu”

**

Taemin pulang ke rumahnya. Yang ia dapatkan, rumahnya yang sepi. Ayahnya tak ada di rumahnya. Yang ada hanya barang-barang mahal milik ayahnya

“eo, appa, dulu aku memang bersikeras ingin membunuh mereka karna appa. Tapi, saat aku mengetahui Jiyeon tak memiliki ibu, hatiku luluh. Perasaanku dan Jiyeon sama, appa. Ditinggal orang yang paling berharga. Tsk”

‘menyesal’

“appa juga sama, kehilangan umma, membuat appa terpuruk dan aku juga”

‘dan hal itu terulang lagi’

“appa, kau pasti sangat kehilangan umma, sama sepertiku. Dan kini, aku mengalaminya kembali”

‘2 orang yang paling berharga untukny telah tiada’

**

DORR!!!!

“T-taemin-ah..a-pa yang kau lakukan terhadap ayahmu ini, eo?”

“karna ini kemauanku, appa”

“a-apa maksudmu, Taemin-ah?”

“aku juga ingin appa mati ditanganku”

“kau…”

“appa, aku tau betul perasaanmu saat umma pergi, akupun sama seperti itu. Aku menuruti kemauanmu, aku membunuh tuan Park dan anaknya, ehem anaknya yang tak lain adalah orang yang paling berharga buatku setelah umma. Kau tau appa, kenapa aku tak langsung membunuhnya? Aku ingin selalu bersamanya, sampai saat kau tahu hubunganku dengannya ternyata serius kau marah dan memaksaku membunuhnya. Dengan hatiku yang sangat terpaksa, aku melakukan itu, hanya untukmu! Sekarang ini saatnya. Appa, saat ini juga kau akan menyusul umma, selamat tinggal! Selamat bertemu umma disana” ucap Taemin, datar. Tanpa ada rasa bersalah.

Ayahnya sudah tergeletak tak bernyawa.

DORR!!

“bahkan, aku akan menyusulmu juga, Jiyeonnie. Kita akan bertemu disana, dan hidup bersama, selamanya…”

END

15 Responses to “[FF TAEJI] THE ENEMY IS MY LOVE?!”

  1. GameKyu23 February 14, 2012 at 5:07 pm #

    Huwaaa… kenapa harus Sad ending…
    Kenapa gak happy ending…
    Ceritanya keren banget,,,
    Tp kependekkan… hehehe…
    Hwaiting!!!

    • chaic February 14, 2012 at 5:39 pm #

      terima kasiiiiiiiiih 🙂 kalo kependekan nanti jadi penat :p hehe makanya dibikin pendek aja deh hehe, makasi yaaaa^^

  2. Afifah Dewi February 14, 2012 at 9:14 pm #

    felnya dapet bngt
    sukaaaaaaa
    bnget daebak .. daebakkk

    • chaic February 15, 2012 at 11:26 am #

      makasi yaaaah 🙂

  3. Riezz04 February 15, 2012 at 2:13 pm #

    Aaaa , , ,
    sad ending, ,

    • chaic February 15, 2012 at 11:37 pm #

      ehehehe 🙂

  4. SPLUKE March 2, 2012 at 9:38 pm #

    Daebak!!! Taemin!! Nappun namja-,- ya allah jiyeon the best banget:”( Gw kasih soundtrack jiyeon little by little bwt ff ini. Pas banget.. dalem cha dalem!!! ini balas dendam macam city hunter tapi ini mati semua *gigitbantal

    • chaic March 3, 2012 at 4:19 pm #

      itu lagu yg nyanyi jiyeonnya luk? wakakakakakakakakak 😀 sipsip thx lukeku uda baca :3

  5. Alin May 21, 2012 at 6:38 pm #

    Huhuhuhu. . .
    Sad bngt author, aq smpe nangis ni bcny.
    Kmu hbt bngt buatny.

  6. Bella June 14, 2013 at 10:59 pm #

    Tragis 😥 hikss

  7. dellamnda June 24, 2013 at 7:01 am #

    Jadi mati semuaaaa-__- horor(?) Keep writing thor!!!<3

  8. adriannalian September 21, 2013 at 7:55 pm #

    akkk sad ending T-T Happy endingnya di alam lain

  9. Ara (@Isti4321) May 2, 2015 at 10:25 pm #

    yaah ending nya semua jadi pada dead 😥

Leave a reply to dellamnda Cancel reply